Home » , , » Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan

Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan

Written By Unknown on Monday, February 4, 2013 | 1:00 PM

Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan, love, love sign, tanda cinta, kaca cinta, kacamata cinta
Mungkin satu-satunya cara membuatmu percaya, bahwa rumah inilah tempat dirimu sepenuhnya diterima, adalah dengan membiarkanmu melanglang hingga ke tepi dunia.

Juga hanya dengan melepasmu melahap semua pesona dan gairah, kau akhirnya tahu bahwa untukmu, akulah yang terindah.

Di puncak lelah, kau pun pulang ke rumah. Tapi aku tak merasa jadi penunggu tempat sampah. Justru ini bukti keberanianku menjajal kualitas dengan siapa saja yang bisa kau temukan di luar sana.

Dunia memang tempat yang panas, membuatmu mendidih, hilang menguap seperti dihisap awang-awang. Tapi biarlah kau pergi seperti uap, karena kutahu, langit tanpa batas akan membuatmu kesepian, dan kau pun pulang sebagai hujan. Kemudian aku menari di bawah curahmu, dengan kemarau rindu yang kering meretak. Tarianku lincah, liukanku indah, seperti pertama dulu, karena hujan selalu saja baru.

Kulepas kau mengikuti kembara rintik, merontokkan dirinya sendiri ke bumi, agar bisa mengenali samudera, menyegarkan dedaunan, membasahi pucuk ilalang.

Aku tak perlu merasa terhina menerima seorang yang kalah, karena itu berarti akulah pemenangnya. Lagi pula ini bukanlah pertarungan.

Ini karena kita lebih dekat dari pertalian darah, membentuk keesaan dan trinitas sekaligus: aku, kau, kita. Kita satu sama lain, seperti bulan memantul di arus air, yang sesungguhnya adalah sinar mentari yang satu.

Menerimamu pulang, dengan segala kehampaan dan noda yang melumurimu, adalah membiarkan jiwaku kembali utuh, menemukan bagiannya yang hilang. Membersihkan lumpur di wajahmu adalah menyelamatkan takdir kita, yang tak akan kubiarkan kalah hanya oleh noda, kemarahan, dendam, harga diri, apalagi cemoohan tetangga.

Kau sendiri terperangah, menatapku tengadah, hampir tak percaya ada cinta yang begitu indah, menyemburkan maaf yang melimpah ruah. Kemudian kau berlutut, terbata menyatakan penyesalan, perilaku khas orang yang kalah.

Aku tak marah. Sama sekali tidak. Agak cemas saja. Mudah-mudahan kau tak pernah tahu, sementara menunggumu pulang, entah dari langit mana, aku telah mandi hujan di mana-mana. Kau sepertinya lupa, dari dulu aku memang paling suka menari di bawah hujan, tentu saja tanpa sehelaipun pakaian...
Sini gerimisku yang lucu, cepat basahi aku... Bukankah bagimu aku terlihat begitu kemarau?

"Aku tak pernah tau kebahagiaan sesungguhnya, sampai ketika aku mendapatkan cintamu. Dan aku tak pernah tau derita sebenarnya, sampai aku kini kehilangan itu. Terima kasih telah mengenalkanku pada kedua rasa yang tak akan kulupa".

Sumber
Share this article :
 
Support : Kisah Inspiratif | SR29 | KRL145
Copyright © 2013. GoSipp - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Edited by Sophie Riswand
Proudly powered by Blogger